Lebarkan Sayap, Siap Laju dalam Layar Lebar
Industri film lokal baru bisa
membuat film bersuara pada tahun 1931. Film ini diproduksi oleh Tans Film
Company bekerjasama dengan Kruegers Film Bedrif di Bandung dengan judul Atma de
Vischer. Selama kurun waktu dari tahun 1926 hingga 1931 telah diorbitkan sejumlah
21 judul film bisu dan bersuara diproduksi. Jumlah bioskop meningkat dengan
pesat. Film Rueve pada tahun 1936 mencatat adanya 227 bioskop.
Kala 1990an dapat dikatakan
sebagai kiamatnya perfilman IndonesiaSelain itu, tema yang selalu menjadi bumerang
bagi perfilman tanah air adalah tema Horror Sex justru menjadi perhatian khusus
pemirsa dan para produser film gemar meluncurkan layaknya Misteri Janda
Kembang, Noktah Merah Perkawinan dan Gairah Terlarang.
Awal 2000an sempat bergelora
salah satu film anak yang menjadi legendaris saat itu, Petualangan Sherina
dibintangi Derby Romero dan Sherina Munaf. Bisa dikatakan "Petualangan
Sherina" adalah oase di tengah sepinya bioskop tanah air. Lalu, di tahun
2002, lahir pula film fenomenal lainnya yaitu Ada Apa Dengan Cinta, Jelangkung dan
lain sebagainya. Film Indonesia pun menemukan kembali ruhnya. Genre film juga
kian variatif, alhasil di tahun-tahun berikutnya penonton mulai tertarik untuk
menonton film Nasional seperti Heart, Naga Bonar Jadi Dua, Ayat-Ayat Cinta yang
mana mendapat jumlah penonton tertinggi. Bahkan, film Nusantara mampu bersaing
dengan film Hollywood secara sehat. Meski demikian, perfilman Indonesia masih
saja dirusak oleh oknum - oknum Mr. X yang hanya mencari keuntungan kesempatan
dalam kesempitan dengan membuat film - film bertemakan Horror Sex dengan hal –
hal vulgar yang mana bisa merusak moralitas bangsa karena memang tak dapat
dipungkiri justru penggemarnya lebih membludak ketimbang film bernuansa religi.
Zaman
beralih, musim bertukar. Sesuatu tiada yang kekal, memang film bergenre Horror
Sex dan Cinta Ala Remaja masih sangatlah menjadi daya minat tinggi bagi
masyarakat. Akan tetapi, sebagian ada pula yang menyenangi film aliran
Perjuangan. Muncullah sebuah judul spektakuler Negeri Muara Langit bertemakan
perjuangan remaja di era reformasi tahun 1998 yang mana pengembalian kebobrokan
bangsa, sistem dan negeri yang diproduksi oleh sebuah rumah produksi PT.
Trilogi Media Sinema yang berlokasi di Kompleks DKI Blok Z Kembangan, Jakarta
Barat. Bisa dibilang, masihlah seumur jagung karena tegak berdiri baru satu
tahun. Namun, sang owner sudahlah cukup mumpuni dalam dunia perfilman dan pertelevisian,
Findra Winardi S.T. yang mengajak pengusung judul, R. Jiwo Kusumo untuk
mengangkat citra perfilman yang mulai luntur akan budaya kebaratan. Dengan
dapur film kebanggaan beromansa religius, inspirasional dan mengedepankan nilai
moralitas, sayap pun dilebarkan, judul yang diusung dalam The Series, kini siap
laju dalam Layar Lebar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar